Oleh: Indatun Nikmah*
Adanya ciptaan pasti ada yang menciptakan. Dan tidak bisa dinalar oleh akal pikiran jika ada ciptaan tanpa adanya pencipta. Dalam ilmu tauhid biasa kita kenal dengan muhal aqli. Manusia, jin, hewan dan lainnya adalah ciptaan Allah SWT.
Tujuan penciptaan manusia adalah untuk ibadah. Sebagaimana yang tertera dalam al-Quran, yaitu:
وماخلقت الجن والإنسان إلا ليعبدون. Artinya: Dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada ku (Q.S ad- Dzariyat: 56)
Meninjau Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ibadah adalah perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah yang didasari ketaatan mengerjakan perintahnya dan menjauhi larangannya. Sehingga perlu kita ketahui apa saja hal-hal yang diperintahkan dan yang dilarang sebagai bentuk ketaatan kita pada Allah. Adapun untuk mengetahuinya kita membutuhkan ilmu. Ilmu sangat penting untuk terimplementasinya ibadah. Karena bagaimana hamba itu bisa ibadah tanpa mengetahui ilmu dan tata caranya. Rasulullah Bersabda:
العلم أمام العمل والعمل تابعه
“Ilmu adalah pemimpin amal dan amalan itu adalah makmumnya”
Ibadah tidak sembarangan dilakukan. Tentunya ada hal lain yang harus dilakukan supaya ibadah seorang hamba itu diterima. Jika kita tidak mengetahuinya maka ibadah kita hanya akan sia sia. Sahabat abu bakar berkata: “Amal tanpa ilmu itu tidak ada gunanya dan ilmu tanpa amal itu sia-sia”
Dalam kaidah fiqh dijelaskan “مالا يتم الواجب إلا به فهو واجب”. Artinya: Sesuatu perkara yang wajib tidak sempurna kecuali dengan sesuatu itu maka sesuatu itu hukumnya juga wajib.
Penghambaan pada Allah atau beribadah itu wajib sehingga menuntut ilmu yang menjadi jalan untuk terlaksananya ibadah itu juga wajib. Seperti yang kita ketahui bahwa menuntut ilmu itu wajib dan sifatnya bisa Fardu ain atau Fardu kifayah tergantung dari ilmu apa yang kita pelajari. Ilmu dan amal itu saling berhubungan tidak bisa dijadikan terpisah. Dann ilmu harus kita prioritaskan tanpa harus meninggalkan ibadah. Banyak kisah-kisah yang bisa kita jadikan ibrah ketika orang beribadah tanpa memiliki ilmu atau pun sebaliknya. Dikisahkan dalam kitab Minhajul Abidin karya imam Al Ghazali bahwa ada dua orang yang salah-santunya berilmu tapi ahli maksiat dan satunya ahli ibadah tapi tidak berilmu. Keduanya diuji oleh seseorang. Berapa kadar kejahatan kedua orang tersebut. Lalu si penguji mendatangi keduanya dengan mengenakan pakaian yang Megah. Ia berkata pada orang yang rajin ibadah: ” wahai hambau, aku telah mengampuni dosa-dosamu. Maka sekarang kau tidak usah beribadah lagi.” Ahli ibadah menjawab: Oh itulah yang aku harapkan darimu wahai Tuhanku. Ahli ibadah itu menganggap bahwa orang itu adalah tuhan karena ia sendiri menyembah tanpa mengenal siapa yang ia sembah.
Ia juga mendatangi orang yang berilmu yang waktu itu ia sedang meminum arak. Penguji itu berkata: “wahai manusia, tuhanmu telah mengampuni dosamu!”. Dengan geram ia menjawab: “kurang ajar (seraya mencabut pedangnya) engkau kira aku tidak tahu Tuhan”.
Ilmu akan melindungi kita dari tipu daya orang lain. Jika kita berilmu kita tak akan mudah dibodoh-bodohi. Apalagi pada zaman sekarang ini, dimana-mana banyak kabar hoax atau pun fitnah yang beredar. sudah seperti makanan sehari-hari. kecanggihan yang tersedia memang serba membantu mempermudah aktivitas manusia, pendidikan, pekerjaan serta kebutuhan kebutuhan lain nya bisa sangat terbantu dengan adanya alat elektronik . semua orang bisa menggunakankannya baik dengan tujuan baik ataupuni niat buruk. oleh karenanya jika kita menggunakan sosial media sebagai sarana untuk mendapatkan pengetahuan maka kita harus hati-hati apalagi jika soal ilmu agama karena ilmu agama pasti berkaitan dengan ibadah kita pada sang Kholiq. Tak sedikit banyak orang yang sesat Hingga menyimpang dari akidahnya hanya karena salah mengambil sumber pengatuhaan .
KH . Hasyim Asy’ari menjelaskan dalam kitabnya yang berjudul risalah Ahlu Sunnah wal jama’ah bahwasanya suatu keharusan berhati hati dalam mencari ilmu dan tidak mengambilnya dari orang yang bukan ahlinya. Mengetahui sanad keilmuan itu penting supaya ilmu yang kita ambil itu tampak jelas kebenarannya. Jika kita mengambilnya dari sosial media yang biasa kitab kenal dengan Mbah Google atau pun mbah-mbah lainnya tanpa mengetahui sumbernya maka bisa jadi kita telah dibodoh-bodohi oleh mereka yang tidak bertanggung jawab.
Imam dailimi meriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa:
العلم دين والصلاة دين فانظروا عمن تأخذون هذا العلم وكيف تصلون هذه الصلاة فإنكم تسألون يوم القيامة فلا ترووه إلا عمن تحققت أهليته بأن يكون من العدول الثقات المتقدمين
Artinya:ilmu itu adalah agama dan solat itu agama,maka perhatikanlah dari siapa kalian memperoleh ilmu itu dan bagaimana kalian menunaikan solat , karena kelak kalian akan di tanya (tentang semua itu) janganlah menimba ilmu kecuali dari ahlinya yakni orang yang adil dan stiqah dan bertaqwa kepada Allah SWT.
Jelas dari hadis tersebut bahwa kehati-hatian dalam memperoleh ilmu itu penting karena ada hubungannya dengan ibadah kita oleh karena nya kawan mari kita semangat untuk menuntut ilmu ke pondok pesantren yang mana di pesantren kita bisa mendapatkan ilmu dengan bimbingan dan arahan para Kiyai dan buk nyai yang sanad keilmuan nya bisa kita buktikan . jangan pernah malas Untuk menuntut ilmu karena kita makhluk ciptaan Allah dan kita diciptakan untuk beribadah kepada nya dan ilmu kita butuhkan untuk melakukan ibadah , cari lah karena lillahi taala . orang yang berilmu Kelak di syurga adalah orang yang paling mulia diantara penghuni surga , Rasulullah bersabda:
الا أدلكم على اشرف أهل الجنة؟ قالوا بلى قال هم علماء امتى
“Apakah kalian tau, siapakah yang paling mulia diantara para penghuni surga? Para sahabat menjawab: tentu saja kita tidak bisa mengetahui nya ,ya rasulallah! Rasulullah menjawab: yaitu para ulama umatku”.
*Siswi kelas 3 MTsD Miftahul Ulum Banyuputih Kidul